LOS ANGELES - Berbagai kebiasaan di era digital seringkali membuat khawatir akan berdampak buruk pada perkembangan otak. Namun nyatanya, hasil penelitian terbaru menyebutkan kegiatan berinternet rutin selama satu jam bisa meningkatkan taraf kecerdasan atau IQ dan juga daya ingat.
Para ilmuwan di University of California, Los Angeles membandingkan otak partisipan yang tergolong orang dewasa berusia paruh baya yang jarang menggunakan internet dengan kondisi otak mereka setelah bermain internet selama satu jam sehari.
Setelah lima hari, area otak yang disebut prefrontal cortex yang mengontrol kemampuan dalam membuat keputusan dan mengintegrasikan informasi rumit terlihat jauh lebih aktif.
"Area ini sebelumnya kurang aktif ketika belum dilakukan percobaan," kata pemimpin studi ilmiah ini, Gary Small seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (20/12/2009).
"Namun setelah lima hari, area otak itu sama aktifnya dengan otak milik mereka yang rutin berinternet. Ini menunjukkan bahwa fungsi otak dapat berubah dan meningkat dengan penggunaan internet," terangnya.
Melalui studi ini, diketahui pula bahwa rata-rata tingkat IQ meningkat secara perlahan seiring dengan perkembangan kultur digital. Kemampuan mengolah informasi dengan cepat dan melakukan banyak tugas tanpa kesalahan juga terus meningkat.
Bahkan kegiatan menjemukan seperti memeriksa dan memilih email pun dapat meningkatkan kemampuan dalam membuat keputusan.
"Kegiatan rutin memilih email dalam inbox setiap hari membantu mengembangkan kemampuan menyaring informasi dalam jumlah lebih besar dengan cepat. Kita pun dilatih untuk memutuskan mana yang penting dan yang tidak," tandas Small.
Sumber : http://techno.okezone.com
Rabu, 03 November 2010
Selasa, 26 Oktober 2010
Hujan Bagi NegriKu
Hujan
Aku benci hujan
Hujan, hujan dan hujan
Negara ini selalu menangis
Tak peduli apa yang terjadi di atas sana
Masih saja menangis
Merenungkan hidup ini
Hidup ini memang susah
Membayangkan mereka,
Yang menjual keterampilannya
Hanya untuk sebuah bundaran logam
Bundaran logam itu hanya sekedar untuk mengisi perut
Ya, hidup ini memang susah
Tidak bagi Kita
Yang mempunyai lebih dari cukup
Aku benci hujan
Hujan, hujan dan hujan
Negara ini selalu menangis
Tak peduli apa yang terjadi di atas sana
Masih saja menangis
Merenungkan hidup ini
Hidup ini memang susah
Membayangkan mereka,
Yang menjual keterampilannya
Hanya untuk sebuah bundaran logam
Bundaran logam itu hanya sekedar untuk mengisi perut
Ya, hidup ini memang susah
Tidak bagi Kita
Yang mempunyai lebih dari cukup
Mading ( Majalah Dinding )
Mading Sekolah dan Pengelolaannya
MAJALAH dinding atau yang lebih dikenal dengan mading merupakan media massa di suatu sekolah. Isinya beragam, mulai dari hasil karya siswa, buah pikiran guru maupun karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Intinya, mading adalah surat kabarnya sekolah.
Keberadaan mading tak ubahnya seperti kehadiran surat kabar di masyarakat. Mading memberikan informasi terkini kepada masyarakat sekolah. Dengan membaca mading, diharapkan keluarga besar sekolah bisa mengetahui lebih cepat dan lebih luas informasi yang ada di sekolah maunpun informasi lain tentang perkembangan dunia pendidikan.
Fungsi mading sebagai media, juga dapat menjadi jembatan informasi antara guru dengan siswa, guru dan kepala sekolah, dan bahkan tidak tertutup kemungkinan, mading menjadi jembatan sekolah dengan masyarakat sekitar.
Hanya saja, keberadaan mading sekolah masih sering diabaikan. Masih banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki mading sekolah. Di sejumlah sekolah lainnya, ditemukan pula ada mading yang kurang terawat, sehingga tidak diminati oleh keluarga besar sekolah. Mading-mading sekolah tak lebih dari sekadar syarat saja tanpa mengedepankan fungsinya sebagaimana yang telah disebutkan tadi.
Melihat strategisnya fungsi mading, sekolah haruslah memberikan perhatian khusus terhadap mading sekolah. Kata kuncinya adalah dukungan kepala sekolah dan guru. Dukungan yang diberikan, selain dalam bentuk moral, yang lebih penting itu adalah dukungan finansial.
Sekolah harus menyiapkan anggaran khusus untuk itu, sehingga mading sekolah bisa terbit secara kontinyu dan dikelola dengan lebih profesional lagi.
Dalam pengelolaan mading, selain dukungan penuh kepala sekolah atau mungkin juga yayasan, perlu ada seorang guru atau mungkin juga staf ahli yang memberikan perhatian secara teknis terhadap pengelolaan mading dengan cara menggerakkan sejumlah siswa di sekolah sebagai pengelola.
Dengan keberadaan mading sekolah, berbagai informasi yang berkembang, bisa diinformasikan melalui mading. Bahkan, mading bisa dijadikan media pembelajaran oleh guru. Misalnya, guru memberikan tugas kepada siswa melalui mading. Pertanyaan-pertanyaan tidak disampaikan di kelas, melainkan ditempel di mading.
Dengan adanya tugas yang diberikan, secara tidak langsung telah ‘’memaksa’’ siswa untuk membaca mading minimal sekadar untuk menyelsaikan tugsa yang diberikan.
Bahkan, jika dikelola dengan baik, mading bisa memberikan sumber pendapatan bagi pengelolanya. Sebab, secara fungsi, mading tidak jauh berbeda dengan surat kabar pada umumnya. Bedanya hanya pada wilayah edar dan masyarakat pembaca. Jika mading ruang lingkupnya lebih kecil hanya masyarakat sekolah, surat kabar memiliki masyarakat pembaca yang tersebar di banyak tempat.
Namun, baik mading dan surat kabar dianjurkan mencari sumber pendapatan agar bisa bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Satu hal, mading tidak boleh selamanya mengandalkan dana operasional sekolah yang jumlahnya terbatas. Pengelola mading harus kreatif mencari sendiri sumber pembiayaan mading, dan peluang itu terbuka jika pengelolanya kreatif.
Dengan memadukan isi yang menarik dengan kemampuan menyalurkan aspirasi dan daya kreasi siswa, diyakini mading sekolah akan mampu bertahan lama. Mading sekolah akan mendapatkan tempat di hati pembacanya. Akan halnya surat kabar, jika mading sekolah sudah ‘’dicintai’’ pembacanya, persoalan finansial yang selalu menghantui mading-mading sekolah pun akan dapat teratasi.
MAJALAH dinding atau yang lebih dikenal dengan mading merupakan media massa di suatu sekolah. Isinya beragam, mulai dari hasil karya siswa, buah pikiran guru maupun karya-karya kreatif dan informasi lainnya. Intinya, mading adalah surat kabarnya sekolah.
Keberadaan mading tak ubahnya seperti kehadiran surat kabar di masyarakat. Mading memberikan informasi terkini kepada masyarakat sekolah. Dengan membaca mading, diharapkan keluarga besar sekolah bisa mengetahui lebih cepat dan lebih luas informasi yang ada di sekolah maunpun informasi lain tentang perkembangan dunia pendidikan.
Fungsi mading sebagai media, juga dapat menjadi jembatan informasi antara guru dengan siswa, guru dan kepala sekolah, dan bahkan tidak tertutup kemungkinan, mading menjadi jembatan sekolah dengan masyarakat sekitar.
Hanya saja, keberadaan mading sekolah masih sering diabaikan. Masih banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki mading sekolah. Di sejumlah sekolah lainnya, ditemukan pula ada mading yang kurang terawat, sehingga tidak diminati oleh keluarga besar sekolah. Mading-mading sekolah tak lebih dari sekadar syarat saja tanpa mengedepankan fungsinya sebagaimana yang telah disebutkan tadi.
Melihat strategisnya fungsi mading, sekolah haruslah memberikan perhatian khusus terhadap mading sekolah. Kata kuncinya adalah dukungan kepala sekolah dan guru. Dukungan yang diberikan, selain dalam bentuk moral, yang lebih penting itu adalah dukungan finansial.
Sekolah harus menyiapkan anggaran khusus untuk itu, sehingga mading sekolah bisa terbit secara kontinyu dan dikelola dengan lebih profesional lagi.
Dalam pengelolaan mading, selain dukungan penuh kepala sekolah atau mungkin juga yayasan, perlu ada seorang guru atau mungkin juga staf ahli yang memberikan perhatian secara teknis terhadap pengelolaan mading dengan cara menggerakkan sejumlah siswa di sekolah sebagai pengelola.
Dengan keberadaan mading sekolah, berbagai informasi yang berkembang, bisa diinformasikan melalui mading. Bahkan, mading bisa dijadikan media pembelajaran oleh guru. Misalnya, guru memberikan tugas kepada siswa melalui mading. Pertanyaan-pertanyaan tidak disampaikan di kelas, melainkan ditempel di mading.
Dengan adanya tugas yang diberikan, secara tidak langsung telah ‘’memaksa’’ siswa untuk membaca mading minimal sekadar untuk menyelsaikan tugsa yang diberikan.
Bahkan, jika dikelola dengan baik, mading bisa memberikan sumber pendapatan bagi pengelolanya. Sebab, secara fungsi, mading tidak jauh berbeda dengan surat kabar pada umumnya. Bedanya hanya pada wilayah edar dan masyarakat pembaca. Jika mading ruang lingkupnya lebih kecil hanya masyarakat sekolah, surat kabar memiliki masyarakat pembaca yang tersebar di banyak tempat.
Namun, baik mading dan surat kabar dianjurkan mencari sumber pendapatan agar bisa bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Satu hal, mading tidak boleh selamanya mengandalkan dana operasional sekolah yang jumlahnya terbatas. Pengelola mading harus kreatif mencari sendiri sumber pembiayaan mading, dan peluang itu terbuka jika pengelolanya kreatif.
Dengan memadukan isi yang menarik dengan kemampuan menyalurkan aspirasi dan daya kreasi siswa, diyakini mading sekolah akan mampu bertahan lama. Mading sekolah akan mendapatkan tempat di hati pembacanya. Akan halnya surat kabar, jika mading sekolah sudah ‘’dicintai’’ pembacanya, persoalan finansial yang selalu menghantui mading-mading sekolah pun akan dapat teratasi.
Langganan:
Postingan (Atom)