26 Desember 2013
Pagi itu, kira – kira
pukul 7.30 pagi, disaat kerumunan orang sedang memadati alun – alun Kabupaten
Kebumen yang sejak dua hari yang lalu sengaja dibuat meriah untuk memperingati
(ga tau), sekumpulan anak sedang berkumpul di SMA N 1 Kebumen, lebih tepatnya di
depan kelas XI IPS 1. Mereka menamakan diri mereka dengan sebutan Mini. Ya,
mereka adalah para anggota Minions SID. Minions sendiri merupakan kependekan dari
Make Inspiration and Inovation on School, sedangkan SID yaitu Sebelas IPA Dua.
Mereka duduk di atas bangku panjang cokelat dari kayu yang terletak di depan kelas itu.
Mereka saling tunggu menunggu. Beberapa di antara mereka ada yang sedang ngerumpi, memainkan ponselnya dengan
diputar – putar, ada yang gelisah menghitung jumlah motor yang ada karena takut
tidak mendapat boncengan, ada yang
melirik – lirik biasnya yang duduk tak jauh dari tempat kami duduk, dan yang
terakhir ada bu bendahara yang sedang menarik
kas kelas.
Satu jam kemudian
datanglah
Fafa. Semua anak bergembira melihatnya. Fafa membawa jagung bakar untuk kami bakar di tempat tujuan liburan kami, Pantai Menganti. Kami bergegas menyalakan motor kami dan tepat pukul 8.30 kami berangkat ke Pantai Menganti untuk liburan bersama. Kami berboncengan dua dalam satu motor. Saat itu, aku berboncengan dengan Laely. Kami menjemput beberapa teman kami yang sedang menunggu di Puring
Fafa. Semua anak bergembira melihatnya. Fafa membawa jagung bakar untuk kami bakar di tempat tujuan liburan kami, Pantai Menganti. Kami bergegas menyalakan motor kami dan tepat pukul 8.30 kami berangkat ke Pantai Menganti untuk liburan bersama. Kami berboncengan dua dalam satu motor. Saat itu, aku berboncengan dengan Laely. Kami menjemput beberapa teman kami yang sedang menunggu di Puring
Di awal perjalanan
masih terasa biasa bagi kami, karena pemandangan kota masih menjadi imej yang
kami lihat. Tetapi setelah kami mulai melewati jalan yang mendaki gunung itu,
kami mulai merasakan sensasinya perjalanan ke Pantai Menganti. Medan menuju ke
sana bisa dikatakan cukup berat bagi kami yang tiap harinya selalu menemukan
jalan datar dan halus yang menjadi ciri khas kota. Dengan kecepatan rata – rata
30km/jam, kami melalui jalan yang cukup ekstrim, berkelok – kelok, menanjak cukup
curam, jalan tidak rata dan banyak yang berlubang. Yang paling membuat
perjalanan ini berbeda adalah rider kami adalah laki – laki, kecuali 2 orang
yaitu Haifa dan Intan. Mereka sempat dijuluki wanita perkasa, tetapi mungkin
karena mereka belum tahu medan yang akan dilalui, jadi mereka masih berani
menjadi rider yang membonceng temannya.
Selama perjalan kami diguyur hujan sebanyak dua kali. Ada beberapa diantara
kami yang tidak membawa jas hujan. Jadi otomatis pakaian mereka basah kuyub,
beberapa menit kemudian kering lagi, lalu diguyur hujan kembali.
Sampai di puncak, kami
dapat melihat pemandangan yang indah menurut kami. Terlebih setelah hujan, rona
keemasan akibat sinar matahari masih menyebar di langit. Sebenarnya ini
perjalanan ketigaku ke Pnatai Menganti, tetapi baru kali ini aku bisa melihat
pemandangan dari puncak setelah hujan dan bagiku pemandangan yang kulihat itu
indah. Laely yang sempat aku titipkan Camdigku berhasil mengabadikan
pemandangan itu.
Sesampainya di Pantai
Menganti, pukul 11.00, kami menuju daerah yang jarang dikunjungi orang.
Letaknya di sebelah utara tempat parkir. Aku pernah ke tempat yang jarang
dikunjungin orang itu, karena dulu saat liburan dengan Dewan Intipun aku pernah
ke sana. Harus kuakui, memang tempat itu nyaman dan serasa memiliki pantai
sendiri. Kami langsung meletakkan arang dan spiritus ke panggangan dan
menyalakan api. Para perempuan mengupas jagung yang telah kami bawa dari
sekolah itu. Ada beberapa perempuan sedang sibuk meraci kecap manis untuk
olesan jagung.
Di sini kami memahami
antara anak yang bisa terus terang ingin difoto dan anak yang belum bisa terus
terang ingin difoto. Jadi kami membawa total 3 buah kamera digital dan 1 buah
SLR. Kami selalu aktif mengabadikan setiap momen kebersamaan kami. Beberapa
anak laki – laki menaiki pohon bakau. Kami tahu alasan mereka melakukan hal
itu. Mereka ingin kami mengabadikan apa yang mereka lakukan. Sesuai dengan
Hukum Newton III yang berbunyi “aksi dibalas reaksi”, jadi saat ada yang sedang
action, di saat yang sama ada juga yang mengabadikan. Tetapi itu semua berkerja
di luar kesadaran kami. Karena kami adalah keluarga, maka kami melakukannya
dengan sepenuh hati.
Di saat penting
seperti ini, seharusnya selalu ada kabar terupdate mengenai kebersamaan Minions
SID. Tetapi karena di sana sinyal tidak ada, kami tidak bisa terkoneksi dengan
internet maupun berkirim pesan ke teman – teman kami lainnya. Tapi kami bisa
memendam hasrat kami yang sebenarnya ingin sedikit memamerkan kebersamaan XI
IPA 2 ke kelas lain.
Setelah jagung matang,
kami segera menyerbu piring yang berisi jangung bakar kami itu. Kami
mengolesnya dengan kecap manis yang kami racik sendiri tadi dan menaburkan
kacang juga di atasnya. Rasanya memang nikmat. Terlebih saat itu kami tengah
meihat ombak yang tiada henti – hentinya menerjang sepanjang garis pantai. Tak
lupa, semua yang sedang memegang kamera otomatis menjadi kameramen. Tetapi kami
adalah keluarga, kami bergantian menjadi kameramen.
Pukul 13.00 kami
pulang ke rumah. Sebelumnya kami menyempatkan singgah ke rumah Dian untuk
sholat dan makan. Terima kasih Dian atas kebaikannya J. Hari ini acara yang dibuat oleh seksi
Wisata berjalan lancar. Dan satu lagi yang terpenting :
What do you think ? We are Happy Minions :D
mantap tulisanya :)
BalasHapusbagus bagus photonya :)
BalasHapus