~ be prepared ~

Kamis, 28 November 2013

Sepertiga Malam



oleh Eka Asmara Juhan Putra - Nov 28 2013 | 2.30 AM

Sepertiga malam,
Semoga aku terjaga ingatan ini
Sepertiga malam,
Semoga aku tak luput nanti
Sepertiga malam,
Semoga dia terjaga ingatan ini
Sepertiga malam,
Semoga dia tak luput nanti
Karena aku mengerti
Waktu itu tak didekap
Dengan bermain api
Tajam menancap
Karena dia mengerti
Waktu itu tak didekap
Dengan bermain api
Tajam menancap
Aku lindunginya ya Allah
Aku bisa jauh darinya itu dusta
Aku tanpanya sanggup berjalan itu dusta
Maka lindunginya ya Allah
Dia lindungiku ya Allah
Dia bisa jauh dariku itu dusta
Dia tanpaku sanggup berjalan  itu dusta
Maka lindungiku ya Allah

Kamis, 21 November 2013

Menguasai SMANSA – SID #3 Kelas Juara

Sebelum membaca SID edisi 3, sebaiknya anda membaca :
edisi perdananya --> klik :)
edisi keduanya klik yang ini 
kalau udah klik siniyo ;)

Nurul Aini Sabichiyyah. Perempuan yang cantik hatinya ini yang dipilih oleh teman – temanku untuk menjadi perwakilan kelas di salah satu perlombaan yang diselenggarakan oleh Rohis SMA N 1 Kebumen. Ia mewakili kelas kami di lomba Fashion Show dengan tema  Duta Kerudung. Dengan bermodal uang dari bendahara dan 2 orang perias yaitu Dwi Rizqi dan Haning, hari minggu itu mereka berangkat menuju panggung panas di aula baru. Aku tidak sempat melihat teman – temanku itu beraksi. Yang aku ingat hanya saat aku menyusup

Rabu, 20 November 2013

Menguasai SMANSA – SID #2 Identitas

Sebelum membaca SID edisi 2, sebaiknya anda membaca edisi perdananya --> klik :)
Kalau sudah membaca klik yang ini jangan yang itu


Di hari kedua. Berawal dari penunjukan paksa jadi calon ketua kelas oleh Firman dan Fafa, aku sempat pasrah. Saat dipaksa orasipun aku lebih pasrah, sepertinya orasiku yang tersingkat dan ada embel – embelan jangan pilih saya jadi ketua kelas. Terlebih saat voting aku dapet suara yang paling banyak. Cuma bisa pasrah. Benar – benar pasrah. Apalagi waktu teman – teman

Menguasai SMANSA – SID #1



Angka 2. Angka itu punya suatu cerita waktu aku SMP dulu. Ceritanya aku ikut LPI dulu, nah aku punya dua seragam yang satu nomornya 13 dan yang satunya lagi nomor 2. Aku lebih suka yang nomor punggung 2 karena seragamnya warnanya kuning cerah. Tapi sekarang seragamku itu masih di temenku dan sampai sekarang belum dikembaliin.

Nah kesenanganku dengan angka dua itu

Selasa, 19 November 2013

Gerak Parabola Sudut 28'


Suatu ketika ada seseorang yang kutanyai. “anda lebih suka menjadi kincir angin atau menjadi angin ? jangan lama – lama ya jawabnya”. Ia pun segera menjawab “angin”.,

Akupun bertanya lagi “mengapa ?”. Ia tidak segera menjawab, kira – kira 5 menit untuk ia memikirkan jawaban. “karena angin bisa menggerakkan incir angin. Sama kaya manusia bisa berubah tergantung dirinya sendiri”.

Jawabannya membuat aku senang, bukan karena jawabannya yang penuh makna. Tetapi karena saat aku minta ia menjawab dengan segera, iapun menjawabnya segera. Tetapi saat aku tidak memintanya menjawab segera, ia memikirkan jawaban yang bagus untuk didengar


Kesimpulannya adalah lakukan apa yang diminta saja,, jangan lebih :D

Jumat, 15 November 2013

Aku dan Sekretaris



Sebenarnya aku masih bingung antara nulis ini atau engga, tapi sepertinya kalian harus tau ini, hehe :D.

Awal masuk SMANSA pas itu aku kelas X 9. Nama kelasnya TOP COFFEE, kependekan dari Top Class of Family,, pencetus namanya itu Hasna kalo ngga salah inget -__- ,, nah di kelas yang markasnya di dekat Scout center itu,,,,, entah kebetulan atau apalah itu, aku ditunjuk jadi

Stare

beautiful-eiffel-tower-lights-love-night-Favim.com-191971
Hari itu, sejak mega merah masih menampakkan ronanya, seorang wanita muda duduk di sela – sela tiang listrik utama di kota itu. Burung – burung gereja mulai berterbangan melintasi cakrawala. Wanita itu memandangi mereka sambil meletakkan ibu jarinya di hidungnya yang mancung itu. Tak jelas mengapa wanita itu memandangi burung – burung di cakrawala itu dengan tidak biasa. Tetapi yang jelas, wanita itu sering melakukan hal itu di kala mega merah masih menampakkan ronanya.            
“Soraya”, kata wanita itu sesaat setelah aku menanyakan namanya. Suaranya yang khas membuatku merasakan hal yang tidak biasa di dalam wanita ini. Seperti ada sesuatu yang berbeda di balik keanggunan wanita itu. Terlebih tatapan matanya yang kuat membuat relasiku terhadapnya semakin erat juga. Daya tarik yang terpancar dari wanita itu sungguh membuat hatiku larut terhadapnya. Auranya seakan menghanyutkan arwahku jauh ke dalam matanya yang tak henti – hentinya menatap diriku yang terpana ini.
Aku juga menyadari wanita itu juga memiliki pribadi yang hangat. Aku memperhatikannya dengan seksama. Setiap kata demi kata yang terucap dari bibirnya selalu membuat diriku ini tak luput untuk memperhatikannya. Gerak – geriknya berhasil mengambil simpati dariku. Itu semua membuatku selalu merasa nyaman. Sepertinya itu semua juga yang membuat wanita itu tetap betah bersamaku di sini, padahal lampu jalan sudah menerangi seluruh kota.
 Hari sudah gelap, lampu jalan telah menjadi piranti yang teramat penting bagi kami untuk bercengkrama dan saling memandangi satu sama lain. Terkadang lampu yang keramat itupun padam selama beberapa detik. Penglihatan kami remang – remang tidak jelas dan aku hanya bisa pasang telinga baik – baik mendengar suara – suara yang keluar dari pita suaranya yang menggetarkan jantungku ini. Dan lampu keramat itu menyala kembali dan aku kembali bisa melihatnya yang seperti bidadari yang cantik jelita. Wanita itu benar – benar istimewa dan membuatku terpesona.
“Paris”, kata wanita itu memulai. Ia menjelaskan kepadaku tentang kota tempat Menara Eiffel berada. Dia menjelaskan semuanya yang ia ketahui tentang Paris. Dia menjelaskannya dengan lancar dan dari tutur katanya saja dapat kuramalkan bahwa dia benar – benar bahagia bisa menceritakan ibukota Negara Prancis itu.  Sepertinya dia sangat terkesima dengan kota itu. Mungkin karena menara yang dirancang oleh Gustave Eiffel itu atau mungkin dia tahu hal – hal indah yang tidak aku ketahui dari kota yang menjadi pusat mode dunia itu.
“Je veux y aller”, kata wanita itu dengan senyuman manisnya ke arahku. Aku terdiam sejenak. Wanita itu mengulangi perkataannya. “Je veux y aller”. Aku masih belum bisa berkutik. Kali ini wanita itu berkata kembali tetapi bukan yang sebelumnya. “Itu bahasa Prancis, artinya aku ingin ke sana”. Aku kembali terdiam. Yang aku pikirkan saat itu hanya satu. Kenapa aku sama sekali tidak terpikir ya, padahal wanita itu telahh menceritakan sebuah kota dengan penuh semangat. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Wanita itu terus memandangiku yang masih saja memikirkan hal kecil seperti tadi. Akupun menanyakan padanya mengapa ia ingin tinggal di sana, mengapa tidak memilih kota lain di belahan dunia yang lain pula. Seperti biasa ia menjawab dengan tenang dan mata yang berbinar – binar. “aku sangat suka dengan Paris, bagi wanita sepertiku Paris adalah kota tujuan”. Kamipun becakap – cakap kembali. Kali ini topik utamanya adalah Paris. Karenanya, aku juga mulai tertarik untuk tinggal di Paris. dengan serius, aku menyimak setiap perkataan wanita itu dengan hikmat. Senyumnya yang manis mewarnai tiap – tiap kata yang terucap dari bibirnya itu hingga larut malam.

Senyum Manismu #2

Gambar
Selasa, 8 Oktober 2013. Aku dan teman – temanku berjalan menuju kelas kami. Tiap kali aku melewati kelas yang letaknya tak jauh dari mushola itu, aku selalu teringat sesuatu. Sesuatu yang membuatku terngiang – ngiang. Kadang itu membuatku melupakan segala kesibukanku, tetapi bagiku memikirkannya berdampak baik bagiku.
Kali ini benar – benar terjadi. Di tengah – tengah perjalananku, aku merasa gugup. Aura panas dalam tubuhku ini berhasil membuat tubuhku berkeringat dingin. Terlebih jantungku ini berdetak kencang melebihi dahsyatnya dimarahi kakak kelas. Aku menengok kiri dan kanan, memperhatikan sekelilingku, dan tak ingin satu momenpun terlewat. Aku terlihat seperti ratu semut yang tengah mencari telurnya. Terlebih langkah – langkah cepat temanku membuat keringat dinginku mengalir bagaikan lava yang mengalir dari puncak Gunung Everest.
Hingga akhirnyapun tiba. Itu yang memuatku terpesonapun tiba. Ya, gadis yang membuatku terpesonapun terlihat. Seperti biasa, senyumnya yang manis kembali terpancar di wajahnya yang tengah melihatku dengan pandangan penuh misteri. Aku teringat saat – saat di mana Harry Potter melihat Cho di Pesta Dansa, dan saat ini akulah Harry Potter. Terlebih saat itu, aku juga memakai kacamata.
Aku berusaha membalas senyumnya itu. Tapi aku tidak sanggup menahan rasa bahagiaku yang berlebihan karena bisa melihat senyumnya lagi. Akupun tersenyum dengan sangat lebar dan gadis itupun mengeluarkan sedikit tawanya walaupun hanya sedikit yang terlihat olehku.
Rasa bahagia ini berlanjut sampai aku tiba di kelas. Aku senyum – senyum sendiri. Mungkin jika kalian tahu, aku bagaikan siswa yang baru saja lulus SBMPTN. Padahal aku sendiri tidak tahu, apakah dia merasakan hal yang sama terhadapku. Tetapi jika aku jujur, sebenarnya aku berharap dia mengalami hal yang sama denganku ini.

Senyum Manismu

Gambar
Aku masih penasaran dengan gadis itu. Dia terlihat pendiam, anggun, dan istimewa.
Hari Selasa lalu, tanggal 20 Agustus 2013, aku sedang berada di depan Scout Center menemani teman – temanku yang bertugas menjadi pengumpul modul Pramuka. Tanpa sengaja aku melihat gadis itu sedang bercengkrama dengan teman sebayanya. Aku memperhatikannya dari jarak yang cukup jauh. Aku terpesona melihat senyumnya yang manis, kadang – kadang tawanya membuatku teringat akan sesuatu. Sepertinya aku pernah melihat dia, tapi kapan aku sendiri lupa.
Aku semakin penasaran dengan gadis itu. Segera aku meminjam SLR milik Hanin. Aku berpura – pura mendokumentasi adik – adik yang sedang mengumpulkan modul. Perlahan aku mengarahkan SLR ke sekumpulan adik dekat gadis itu, dan berselang beberapa detik saja aku mengarahkan SLR milik Hanin tersebut ke gadis itu. Karena jaraknya cukup jauh dan tetap saja tidak bisa maksimal walaupun sudah dizoom, akhirnya aku hanya bisa melihat senyum manisnya dari kejauhan. Sebenarnya aku ingin sekali melihat gadis itu lebih dekat lagi, tapi berhubung situasi dan kondisi tidak memungkinkan, aku mengurungkan niatku untuk melihatnya lebih dekat lagi.
Bagaikan kejatuhan durian. Gadis yang senyumnya berhasil membuatku terpesona itu berjalan menuju ke arahku. Sepertinya dia menuju kelas yang letaknya berdekatan dengan tempatku berdiri. Aku segera mengarahkan SLR milik Hanin ke arahnya. Aku berhasil mendapat gambar dari gadis pemilik senyuman manis itu. Aku sangat bahagia, bisa melihat wajahnya dengan jelas. Ternyata dia lebih manis jika dilihat dari dekat. Aku segera memindahkan gambarnya ke laptopku dan menghapus gambarnya yang ada di SLR milik Hanin. Aku takut aksiku itu diketahui oleh teman – temanku.
Senin, 26 Agustus 2013. Aku berjalan bersama temanku Zakki menuju Kopsis (Koperasi Siswa) untuk membeli jajan. Tepat di samping mushola aku bertemu dengan gadis pemilik senyuman manis itu. Gadis itu melihatku dan dengan sigap dia memancarkan senyumnya ke arahku. Aku kembali terpesona sampai – sampai aku tidak sanggup membalas senyumnya. Setelah selesai membeli jajan bersama Zakki, aku kembali ke kelas melewati jalan yang sama. Gadis itu melakukan hal yang sama, tetapi yang membuat kali ini berbeda adalah aku berhasil membalas senyumnya yang bagaikan bunga matahari itu. Sejak kejadian itu, aku sering membeli jajan di Kopsis dan akupun tahu gadis itu sering duduk di bangku pojok dekat pintu kelasnya.

Baju Kebesaran

Baju Kebesaran
Siapa sih anak SMANSA yang ga tau baju ini. Haha, ya pastinya ada sih, tapi mungkin mereka khilaf, hehe :D
Ini baju identitas Peleton Utama SMANSA atau biasa disebut Tontama. Tontama adalah suatu organisasi di SMA Negeri 1 Kebumen, yang bergerak di bidang Peraturan Baris – Berbaris dan Tata Upacara Bendera. Tontama adalah satu – satunya oraganisasi di Kabupaten Kebumen yang bergerak di bidangnya. Ada sih dari SMA lain, tapi sepertinya ga seaktif Tontama.
Kenapa aku posting foto ini ?, karena foto ini adalah salah satu kebanggaanku, hehe. Waktu jadi Junior, aku ditugaskan jadi Keplak (Ketua Pelaksana) pembuatan baju Identitas Tontama angkatanku (angkatan XIII). Banyak sekali suka – dukanya, maklum masih pemula, hehe. Contohnya anggaran defisit sampai ratusan ribu, ngulangi proposal sampai belasan kali, hehe…
Sebenarnya sampai saat ini, organisasi yang paling aku sayangi itu Tontama, hehe. Walaupun aku punya tugas yang lebih penting di organisasi lain sebut saja X. kenapa bisa gitu ?, karena mungkin kalau saat itu aku bukan Tontama, mungkin aku ga bisa jadi X, hehe :D
ya udah ya ceritanya, kapan – kapan aku ngepost perjalananku di Tontama, hehe :D