~ be prepared ~

Jumat, 15 November 2013

Stare

beautiful-eiffel-tower-lights-love-night-Favim.com-191971
Hari itu, sejak mega merah masih menampakkan ronanya, seorang wanita muda duduk di sela – sela tiang listrik utama di kota itu. Burung – burung gereja mulai berterbangan melintasi cakrawala. Wanita itu memandangi mereka sambil meletakkan ibu jarinya di hidungnya yang mancung itu. Tak jelas mengapa wanita itu memandangi burung – burung di cakrawala itu dengan tidak biasa. Tetapi yang jelas, wanita itu sering melakukan hal itu di kala mega merah masih menampakkan ronanya.            
“Soraya”, kata wanita itu sesaat setelah aku menanyakan namanya. Suaranya yang khas membuatku merasakan hal yang tidak biasa di dalam wanita ini. Seperti ada sesuatu yang berbeda di balik keanggunan wanita itu. Terlebih tatapan matanya yang kuat membuat relasiku terhadapnya semakin erat juga. Daya tarik yang terpancar dari wanita itu sungguh membuat hatiku larut terhadapnya. Auranya seakan menghanyutkan arwahku jauh ke dalam matanya yang tak henti – hentinya menatap diriku yang terpana ini.
Aku juga menyadari wanita itu juga memiliki pribadi yang hangat. Aku memperhatikannya dengan seksama. Setiap kata demi kata yang terucap dari bibirnya selalu membuat diriku ini tak luput untuk memperhatikannya. Gerak – geriknya berhasil mengambil simpati dariku. Itu semua membuatku selalu merasa nyaman. Sepertinya itu semua juga yang membuat wanita itu tetap betah bersamaku di sini, padahal lampu jalan sudah menerangi seluruh kota.
 Hari sudah gelap, lampu jalan telah menjadi piranti yang teramat penting bagi kami untuk bercengkrama dan saling memandangi satu sama lain. Terkadang lampu yang keramat itupun padam selama beberapa detik. Penglihatan kami remang – remang tidak jelas dan aku hanya bisa pasang telinga baik – baik mendengar suara – suara yang keluar dari pita suaranya yang menggetarkan jantungku ini. Dan lampu keramat itu menyala kembali dan aku kembali bisa melihatnya yang seperti bidadari yang cantik jelita. Wanita itu benar – benar istimewa dan membuatku terpesona.
“Paris”, kata wanita itu memulai. Ia menjelaskan kepadaku tentang kota tempat Menara Eiffel berada. Dia menjelaskan semuanya yang ia ketahui tentang Paris. Dia menjelaskannya dengan lancar dan dari tutur katanya saja dapat kuramalkan bahwa dia benar – benar bahagia bisa menceritakan ibukota Negara Prancis itu.  Sepertinya dia sangat terkesima dengan kota itu. Mungkin karena menara yang dirancang oleh Gustave Eiffel itu atau mungkin dia tahu hal – hal indah yang tidak aku ketahui dari kota yang menjadi pusat mode dunia itu.
“Je veux y aller”, kata wanita itu dengan senyuman manisnya ke arahku. Aku terdiam sejenak. Wanita itu mengulangi perkataannya. “Je veux y aller”. Aku masih belum bisa berkutik. Kali ini wanita itu berkata kembali tetapi bukan yang sebelumnya. “Itu bahasa Prancis, artinya aku ingin ke sana”. Aku kembali terdiam. Yang aku pikirkan saat itu hanya satu. Kenapa aku sama sekali tidak terpikir ya, padahal wanita itu telahh menceritakan sebuah kota dengan penuh semangat. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Wanita itu terus memandangiku yang masih saja memikirkan hal kecil seperti tadi. Akupun menanyakan padanya mengapa ia ingin tinggal di sana, mengapa tidak memilih kota lain di belahan dunia yang lain pula. Seperti biasa ia menjawab dengan tenang dan mata yang berbinar – binar. “aku sangat suka dengan Paris, bagi wanita sepertiku Paris adalah kota tujuan”. Kamipun becakap – cakap kembali. Kali ini topik utamanya adalah Paris. Karenanya, aku juga mulai tertarik untuk tinggal di Paris. dengan serius, aku menyimak setiap perkataan wanita itu dengan hikmat. Senyumnya yang manis mewarnai tiap – tiap kata yang terucap dari bibirnya itu hingga larut malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar