Angka 2. Angka
itu punya suatu cerita waktu aku SMP dulu. Ceritanya aku ikut LPI dulu, nah aku
punya dua seragam yang satu nomornya 13 dan yang satunya lagi nomor 2. Aku
lebih suka yang nomor punggung 2 karena seragamnya warnanya kuning cerah. Tapi
sekarang seragamku itu masih di temenku dan sampai sekarang belum dikembaliin.
Nah kesenanganku
dengan angka dua itu
berlanjut sampai akhir kelas X SMA. Otomatis kan naik kelas XI SMA, aku pingin bisa masuk XI IPA 2. Selain karena angka kesayanganku tadi, XI IPA 2 juga kelasnya Ayahku waktu SMA dan SMAnya juga sama SMA N 1 Kebumen. Tiap selesai sholat, aku selalu berdoa dan berharap selalu agar bisa masuk kelas IPA 2, bahkan saat beberapa hari menjelang pengumuman, aku sempatkan untuk sholat tahajud. Itu semua demi aku bisa masuk IPA 2. Masuk IPA 2 itu udah banyak pertimbangannya dibanding IPA yang lain. Selain karena warisan nama kelasnya yang kalem à SID (Sebelas IPA Dua) jika aku berhasil masuk ke dalamnya, berarti aku termasuk generasi ke-V SID. Disamping itu, katanya kakak kelas, kelas XI itu waktunya menguasai SMANSA. Jadi aku ingin masuk kelas yang istilahnya favorit, agar aku lebih nyaman menikmati masa – masa kelas XI yang katanya masa – masa santai anak SMA.
berlanjut sampai akhir kelas X SMA. Otomatis kan naik kelas XI SMA, aku pingin bisa masuk XI IPA 2. Selain karena angka kesayanganku tadi, XI IPA 2 juga kelasnya Ayahku waktu SMA dan SMAnya juga sama SMA N 1 Kebumen. Tiap selesai sholat, aku selalu berdoa dan berharap selalu agar bisa masuk kelas IPA 2, bahkan saat beberapa hari menjelang pengumuman, aku sempatkan untuk sholat tahajud. Itu semua demi aku bisa masuk IPA 2. Masuk IPA 2 itu udah banyak pertimbangannya dibanding IPA yang lain. Selain karena warisan nama kelasnya yang kalem à SID (Sebelas IPA Dua) jika aku berhasil masuk ke dalamnya, berarti aku termasuk generasi ke-V SID. Disamping itu, katanya kakak kelas, kelas XI itu waktunya menguasai SMANSA. Jadi aku ingin masuk kelas yang istilahnya favorit, agar aku lebih nyaman menikmati masa – masa kelas XI yang katanya masa – masa santai anak SMA.
Hingga pada
akhirnya saat pengumuman kelas, namaku terpapar di kolom nama siswa di bawah
tulisan XI IPA 2. Wah itu rasa senangnya bukan main. Terlebih setelah kulihat
sederet nama – nama anak yang akan menjadi rekanku selama menimba ilmu di kelas
selama 2 semester ke depan. April D, April R, Aras, Arum, Arwani, Dian, Dwi
Rizqi, Dyah, AKU, Eska, Fajar,
Farikh, Fatin, Firman, Haifa, Haning, Hardi, Indah, Intan, Irfan, Kintara,
Laelin, Laely, Mega, Mukhlasin, Nur Azizah, Nurul, Rhesa, Rizki A, Sari,
Setyadi, dan Sigit. Sungguh fantastis pikirku. Aku membayangkan betapa
lengkapnya elemen di kelasku itu. Bisa dilihat, ada teman - teman yang asik dan
rame, ada teman – teman yang kalem, ada yang niat sekolah, ada yang masih
serius menggeluti organisasi, ada teman yang centil yang bisa dijahili, ada
yang belum kenal dan sekarang saatnya menambah teman, dan masih banyak lagi.
Pada hari pertama
masuk sekolah, tentunya dengan kelas dan teman yang baru, ada beberapa kejadian
yang masih aku ingat. Waktu itu, aku duduk satu bangku dengan Mega. Dia teman
sekelasku saat kelas X. Kami duduk di bangku yang paling strategis, di meja
deret dua, nomor dua dari depan. Maklum waktu itu benar – benar niat belajar.
Lalu di belakang kami ada Firman dan Fafa. Di kanan sepertinya kalau tidak
salah ingat Haning dan Nurul. Dan satu lagi yang terpenting, nomor absenku
tetap seperti kelas X yaitu 9. Angka 9 juga punya cerita juga, waktu kelas X,
aku masuk kelas X 9, nomor absen 9, ranking 9, dan yang tertinggi ke 9 di kelas.
Intinya waktu pertama kali masuk sekolah kelas Xi itu hampir sama seperti
pertama kali masuk sekolah kelas X, Cuma bedanya saat itu anak laki – lakinya
udah mulai celelekan.
Alhamdulillah..
BalasHapusAsalkan mau berusaha Ka..